Selasa, 27 November 2012

Aqidah Syiah tentang Sifat-sifat Allah



Rafidhah (baca: syiah) adalah sekte yang pertama kali mengatakan bahwa Allah Azza wa jalla ber-jisim (bertubuh seperti tubuh makhluk). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Minhajus sunnah (1/20) mengatakan bahwa yang mempelopori tuduhan ini dari sekte Rafidhah adalah Hisham bin al-Hakam, Hisham bin Salim al-Juwailiqi, Yunus bin Abdurrahman al-Qummi, dan Abu Ja’far al-Ahwal (Lihat I’tiqadat Fairaqul Muslimin wal Musyrikin hal. 97).

Mereka ini adalah para tokoh syi’ah Itsna ‘Asyariyah yang pada akhirnya mereka menjadi sekte jahmiyah yang meniadakan sifat bagi Allah Azza wa jalla. Sebagaimana riwayat-riwayat mereka mensifati Allah dengan sifat-sifat negatif, yang mereka kukuhkan sebagai sifat-sifat yang kekal bagi Allah.

Ibnu Babawaih telah meriwayatkan lebih dari tujuh puluh riwayat yang mengatakan, “Allah tidak disifati dengan waktu, tempat, tingkah, gerak, pindah, tidak disifati dengan sifat-sifat yang ada pada jisim, tidak berupa materi, jisim, dan bentuk.” (Lihat At-Tauhid Ibnu Babawaih hal. 57).

Mereka mengingkari turunnya Allah ke langit bumi, ditambah lagi perkataan mereka tentang al Qur’an bahwa ia adalah makhluk, dan mereka juga mengingkari akan melihat Allah di akhirat nanti.

Disebutkan dalam Biharul Anwar bahwa Abu Abdillah Ja’far ash-Shadiq perna ditanya, apakah Allah bisa dilihat pada hari kiamat? Maka ia menjawab, “Mahasuci Allah, dan Mahatinggi setinggi-tingginya, sesungguhnya mata tidak dapat melihat kecuali kepada benda yang memiliki warna dan berkondisi terntentu, sedangkan Allah Dzat yang menciptakan warna dan kondisi.”

Bahkan orang-orang syiah berkata, “Jika ada seseorang menisbatkan kepada Allah sebagian sifat, seperti Allah dapat dilihat, maka orang tadi dihukumi murtad (keluar dari agama), sebagaimana yang disinyalir oleh tokoh mereka Ja’far an-Najfi dalam Kasyful Githa hal. 417.

Ketahuilah sesungguhnya melihat Allah adalah hak, benar adanya, ditetapkan dalam al Quran dan as Sunnah yaitu melihat Allah dengan tak bisa dibayangkan dengan detail dan tak diperagakan, seperti firman-Nya :

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” (QS al-Qiyamah : 22-23)

Dalil dari as Sunnah bahwa Allah dapat dilihat di Hari Kiamat, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah al-Bajali, beliau bersabda:

“Kami pernah duduk bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau melihat bulan purnama pada malam empat belas, maka beliau bersabda: “Kalian akan melihat Rabb kalian dengan mata kepala, sebagaimana mata kalian melihat bulan ini dan tidak bersusah-susah dalam melihat-Nya.”


*Disalin dari Kitab Min ‘Aqaidisy Syi’ah Karya Syaikh Abdullah bin Muhammad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar