Muhsin
al-Khuwailidy dalam khotbah kufurnya di mana dia melekatkan kepada Ali
sifat-sifat rububiyah Allah, “Dan di
antara khutbah-khutbahnya shallallahu ‘alaihi wa sallam: Aku (Ali bin Abi
Thalib –red) mempunyai semua kunci hal-hal
yang gaib, tidak ada yang
mengetahuinya sesudah Rasulullah kecuali aku. Aku-lah penguasa hisab, aku
pemilik sirath dan mauqif, aku pembagi (distributor) surga dan neraka dengan
perintah Robb-ku. Akulah yang menumbuhkan dedaunan dan mematangkan buah-buahan.
Akulah yang memancarkan mata air dan mengalirkan sungai-sungai. Akulah yang
menyimpan ilmu, akulah yang meniupkan tiupan pertama yang mengguncangkan alam,
akulah sang petir, akulah shaihah. Aku adalah Al Quran yang tidak ada keraguan
di dalamnya. Akulah asma al-husna yang para hamba diperintahkan untuk berdoa
dengannya. Akulah yang memiliki sangkakala dan yang membangkitkan manusia dari
dalam kubur. Akulah penguasa hari kebangkitan. Akulah yang menyelamatkan Nuh,
yang menyembuhkan Ayub. Akulah yang menegakkan langit dengan perintah Tuhanku.
Akulah si pemegang keputusan yang tidak dapat diubah, hisab para makhluk berada
di tanganku. Para makhluk menyerahkan urusannya kepadaku. Akulah yang
mengokohkan gunung-gunung yang menjulang tinggi, yang memancarkan mata air, dan
yang menciptakan alam semesta. Akulah yang membangkitkan para mayat, yang
menurunkan kuburan. Akulah yang memberi cahaya matahari, bulan dan bintang.
Akulah yang membangkitkan hari kiamat, yang mengetahui hal yang telah lalu dan
yang akan datang. Akulah yang membinasakan para raja lalim terdahulu dan yang
melenyapkan negeri-negeri. Akulah yang menciptakan gempa, yang membuat gerhana
matahari dan bulan. Aku pula yang menghancurkan fir’aun-fir’aun dengan pedangku
ini. Akulah yang ditugasi Allah untuk melindungi orang-orang lemah dan Allah
perintahkan mereka taat kepadaku.”
Beginilah
mereka mensifatkan Ali bin Abi Thalib sebagai dzat yang memiliki kekuasaan
sebagaimana kekuasaan Allah Azza wa Jalla.
Dalam
kitab Kasyf al-Yaqin Fi Fadhail Amir
al-Mu’minin karya Hasan bin Yusuf bin al- Muthahhir al-Hilly (hal 8) disebutkan, Akhthab Khawarizm
meriwayatkan dari Abdulloh bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tatkala Allah ciptakan Adam dan Dia tiupkan ruh-Nya ke dalamnya, Adam bersin
lantas mengucapkan, “Alhamdulillah!”
Maka Allah mewahyukan padanya, “Engkau
telah memuji-Ku wahai hamba-Ku, demi
kekuatan dan keagungan-Ku kalau bukan karena dua hamba yang akan
Kutempatkan mereka di dunia, niscaya Aku tidak akan menciptakanmu wahai Adam!”
Serta merta Adam bertanya, “Mereka berdua
dari keturunanku?”, “Betul wahai
Adam. Angkatlah kepalamu dan lihatlah!” Maka Adam mengangkat kepalanya, dan
ternyata telah tertulis di atas ‘Arsy, “Tidak ada yang berhak disembah selain Allah,
Muhammad nabi kasih sayang dan Ali penegak hujjah. Barang siapa yang mengetahui hak Ali maka dia akan suci dan bahagia, dan barang siapa yang taat kepadanya
meskipun dia berbuat maksiat kepada-Ku akan Kumasukkan ke dalam surga. Aku
bersumpah demi kepekerkasaan-Ku; barang siapa yang tidak taat kepada Ali
meskipun dia taat kepada-Ku, niscaya akan Kumasukkan ke dalam neraka!”
Na’udzubillah…
mereka menempatkan ketataan kepada Ali lebih tinggi disbanding ketaatan kepada
Allah…!!!
Berkata
Ni’matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar
an-Nu’maniyah (jilid I, hal 30), Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku bersama
Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api dan akulah yang menjadikan api itu
dingin serta menyelamatkan. Aku juga bersama Nuh di kapalnya lantas akulah yang
menyelamatkan dia dari ketenggelaman. Aku juga bersama Musa, lantas aku ajarkan
Taurat kepadanya. Aku jugalah yang menjadikan Isa berbicara saat dia masih
dalam buaian, kemudian kuajarkan Injil padanya. Akulah yang bersama Yusuf di
dalam sumur, lantas kuselamatkan dia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku
bersama Sulaiman di atas permadani, kemudian aku hembuskan angin baginya.”
Lantas apa yang tersisa untuk Allah???
Na’udzubillah dari ghuluw ini…!!!
*Disalin
dari tulisan Ust. Abdullah Zain, Lc., MA., “Biarkan syi’ah bercerita tentang
agamanya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar